Saat ini, fenomena self publishing mulai merebak dikalangan penulis, yaitu menerbitkan karyanya sendiri tanpa melalui sebuah penerbitan, atau bahkan membuat penerbitan sendiri.
Ada beberapa penyebab untuk hal ini, diantaranya adalah seperti dibawah ini:
- Karya penulis ditolak oleh penerbit untuk diterbitkan.
- Keinginan atau impian mendapatkan keuntungan lebih besar, daripada hanya mengandalkan royalti.
- Keinginan pribadi penulis yang ingin menerbitkan bukunya sendiri.
Namun, self publishing bukanlah suatu pilihan tanpa resiko, karena dengan melakukan self publishing maka semua resiko menjadi tanggungan penulis. Resiko paling besar tentu saja kerugian materil.
Hal ini dikarenakan dengan melakukan self publishing secara konvensional dibutuhkan dana sekitar 10jt atau lebih tergantung spesifikasi buku. Biaya terbesar adalah untuk melakukan pencetakan buku, hal ini dikarenakan biasanya percetakan mensyaratkan minimal order sekitar 3000 buku untuk dicetak. Biaya lainnya adalah biaya pra cetak yang meliputi layout, editing, design cover, pengurusan ISBN dan jugabiaya pendistribusian.
Karena melakukan penerbitan secara self publishing, maka urusan pendistribusian / penjualan buku menjadi tanggungan penulis sendiri. Dan jika ternyata ada masalah dalam hal pendistribusian yang menyebabkan buku tidak banyak yang terjual. Maka konsekuensinya adalah kerugian materiil. Dan bagi penulis pemula dengan modal pas-pasan, nilai diatas adalah cukup besar.
Melihat kondisi tersebut, maka JAYA PRINTCOPY membuat layanan self publishing TANPA MINIMUM ORDER, sehingga kini penulis pemula tidak perlu takut/ragu untuk melakukan self publishing lagi, karena :
- Modal awal untuk melakukan self publishing sangat murah, hanya puluhan sampai ratusan ribu rupiah.
- Dapat melakukan test pasar dengan mencetak beberapa buku dulu untuk didistribusikan / dijual ke konsumen.
- Dan jika digabungkan dengan layanan JAYA PRINTCOPY yang lain, yaitu bookdropship, maka penulis cukup mencetak buku yang dibeli oleh customer.
Memang biaya cetak dengan melakuakan pencetakan sedikit ini menjadi lebih mahal daripada mass production, namun ini masih dalam kewajaran. Sebagai contoh, untuk sebuah buku dengan dicetak secara mass production, harga produksi sekitar RP 7.000, dengan melakukan print on demand maka harga produksi menjadi sekitar RP 10.000 - Rp 20.000. Namun, dengan harga jual buku yang bisa mencapai diatas Rp 35.000 hal ini bukanlah menjadi masalah, karena penulis tetap mendapatkan keuntungan.
Walaupun terlihat ada pengurangan keuntungan, tetapi harus diperhatikan juga bahwa resiko kerugian penulis menjadi jauh lebih kecil!. Dan jika dihitung-hitung, maka perbandingan keuntungan - kerugiannya, maka mencetak di JAYA PRINTCOPY lebih menguntungkan.